Jumat, 21 Juni 2013

Kelompok Sosial Remaja (GANG)


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pertemanan dengan teman-teman sebaya dalam masa remaja menjadi hal atau pengaruh yang mendominasi dalam proses identifikasi dan pengembangan dirinya dibandingkan lingkungan keluarga. Pertemanan dimulai dengan satu, dua orang dan lambat laun jumlahnya akan semakin bertambah dan memungkinkan terbentuklah suatu kelompok sosial remaja (geng) yang dasarnya dilandasi oleh persamaan hobi, gagasan, gaya hidup dan sebagainya. Di dalam kelompok sosial ini remaja memiliki kesempatan mengaktualisasikan dirinya secara optimal, berbeda jika berada dengan orang-orang dewasa yang selalu membatasi, mengkritik dan menyalahkan dirinya dalam bersikap dan berbuat.
Kelompok Sosial ini terbentuk di berbagai lingkungan sekolah tingkat lanjutan seperti sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas bahkan di perguruan tinggi. Pada mulanya  kelompok sosial geng merupakan sebuah komunitas tetapi tidak jarang menjadi sebuah kegiatan yang negatif. Terlebih lagi Sekolah Menengah Atas yang muridnya merupakan remaja yang secara psikologi kemampuan berpikir mereka sedang berkembang, memperluas pergaulan sesama siswa dan berpaling kepada teman sebaya yang lebih mengerti kondisi emosi kita. sehingga tidak menerima lagi masukan orang tua secara mentah-mentah .dan sekolah merupakan tempat kedua mereka setelah dirumah karena sebagian waktu mereka dalam sehari mereka habiskan di sekolah. jadi sangat memungkinkan sekolah menjadi sarana untuk hal tersebut.
 Pelajar seharusnya memiliki jiwa terpelajar yang mampu membawa dirinya dalam hal potensi akademik. Akan tetapi, kompetisi hal akademik itu menjadi pudar tertutup oleh kompetisi dalam hal kekuatan otot atau kekerasan yang ditonjolkan. Betapa tidak masih ada saja perkelahian antar geng sekolah.



B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah kelompok sosial itu?
2. Bagaimana kelompok sosial Gang?
3. Apa yang menyebabkan munculnya Gang?
4. Bagaimana bentuk perilaku Gang?
5. Bagaimana cara mengurangi dan menghilangkan kegiatan negatif Gang?


C. Tujuan Pembelajaran
1. untuk mengetahui apa kelompok sosial itu
2. untuk mengetahui bagaimana kelompok sosial Gang
3. untuk mengetahui penyebab munculnya Gang
4. untuk mengetahui bentuk perilaku Gang
5. untuk mengetahui cara mengurangi dan menghilangkan kegiatan negatif Gang
















 



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kelompok Sosial
Kecenderungan manusia untuk berkumpul mengelompok itu bukan sekedar naluri. Kecenderunganitu juga disebabkan oleh kesadaran manusia akan  kepentingan bersama. Pergaulan antar manusia merupakan kebutuhan. Kebutuhan untuk memudahkan hidup menyadarkan untuk menyatu dengan kelompok individu lain. Maka timbulah kelompok sosial. Pengertian kelompok sosial yang pertama adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari sejumlah orang yang berinteraksi satu sama lain dan terlibat dalam satu kegiatan bersama. Tentunya perlu dipertajam lebih lanjut mengenai pengertian ini karena interaksi saja tidak cukup, karena dua orang saja sudah dapat membentuk kelompok. Pengertian interaksi di sini haruslah diartikan sebagai interaksi tatap muka, di mana mereka terlibat dalam ruang dan waktu. Dari sinilah muncul pengertian kedua, yaitu sejumlah orang yang mengadakan hubungan tatap muka secara berkala karena mempunyai tujuan dan sikap bersama; hubungan-hubungan yang diatur oleh norma-norma; tindakan-tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kedudukan (status) dan peranan (role) masing-masing dan antara orang-orang itu terdapat rasa ketergantungan satu sama lain.
Manusia dalam kelompok sering bersepakat untuk bekerjasama melakukan pekerjaan bersama, memecahkan masalah bersama, dan untuk memenuhi kebutuhan bersama. Hal ini sering menuntut kompromi atas keinginan pribadi untuk kepentingan kelompok.
Disebut kelompok sosial apabila :
1.         Kesedaran setiap anggota bahwa ia merupakan bagian dari  kelompok orang yang bersangkutan.
2.         Ada interaksi di antara sesama anggota kelompok satu sama lain.
3.         Ada sesuatu yang dimiliki bersama
4.         Berstruktur kaidah memiliki pola prilaku
5.         Bersistem dan berproses
Dari beberapa uraian di atas dapat di simpulkan kelompok sosial (social group) merupakan suatu himpunan atau suatu kesatuan-kesatuan manusia manusia yang hidup bersama, yang disebabkan oleh adanya hubungan antara mereka yang menyangkut hubungan timbal-balik yang saling mempengaruhi dan adanya kesadaran untuk saling tolong menolong serta rasa saling memiliki.

B.     Kelompok Sosial Geng
Kelompok sosial memiliki beberapa contoh diantaranya adalah klik (clique) yaitu sebuah kelompok kecil dalam ilmu sosial. Klik merupakan bagian dari klasifikasi kelompok sosial informal. Kelompok sosial informal yaitu kelompok yang tidak berstruktur formal maupun organisasional timbul akibat respon dari kebutuhan sosial. Misalnya, beberapa pelajar yang bersahabat tiap hari berkumpul belajar dan melakukan aktivitas bersama ketika istirahat dan menjadi sebuah kelompok kecil. Selanjutnya mungkin kelompok belajar tersebut berkembang lebih luas karena bersatu dengan kelompok sahabat-sahabat yang lainnya. Perkembangan lebih luas itu antara lain disebabkan karena ruang lingkup pergaulannya, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Kelompok klik ini secara ideal memiliki peranan yang penting dalam peningkatan motivasi belajar dan keberhasilan studi serta pengembangan kepribadian.
Menurut Soerjono Sukamto peranan positif klik terhadap remaja adalah sebagai berikut :
1.                  Rasa aman karena dianggap penting dalam keanggotaan, dan penting bagi perkembangan jiwa yang sehat.
2.                 
Dapat menyalurkan rasa khawatir, rasa kecewa, rasa gembira bersama teman-teman klik dan mendapatkan tanggapan.
3.                  Klik memungkinkan mengembangkan sifat-sifat ketrampilan bersosialisasi sehingga mereka lebih mudah menyesuaikan diri dengan keadaan.
4.                  Klik mempunyai pola prilaku kaidah-kaidah yang mendorong remaja menuju kedewasaan.
5.                  Rasa aman yang ditimbulkan karena kebersamaan anggota klik menimbulkan dorongan untuk hidup secara mandiri.
Namun di balik peranan positif itu juga terdapat hal negatif. Hal negatif inilah yang seharusnya menjadi peran dan tugas para orang tua, guru, maupun pihak yang bertanggung jawab untuk memberikan pencegahan. Hal-hal negatif itu antara lain sebagai berikut :
1.                  Menimbulkan sikap diskriminatif bagi yang bukan anggota klik sehingga muncul sikap kurang adil.
2.                  Mendorong terjadinya sikap individualisme karena kepatuhan hanya bersikap pribadi.
3.                  Kadang muncul rasa iri hati dari mereka anggota klik yang kurang mampu terhadap yang berasal dari keluarga yang berada.
4.                  Kesetiaan terhadap klik kadang membuat mereka menentang terhadap orang tua, saudara, dan kerabatnya.
5.                  Klik kelompok yang tertutup dan sulit sekali di tembus sehingga penilaian sulit dilakukan oleh pihak luar.
6.                  Klik mendorong anggota-anggotanya untuk menyerasikan diri dengan pola dan latar belakang yang sama, sehingga sulit mengadakan penyesuaian terhadap pihak yang berbeda latar belakangnya.
Kalau seorang remaja menjadi sebuah anggota klik tertentu sebaiknya orang tua mempertimbangkan secara mantap dahulu sebelum memberikan sebuah keputusan. Karena jika klik tersebut kurang baik maka akan berkembang menjadi sebuah “geng”.

Geng merupakan salah satu dari kelompok sosial yang dapat tercipta dalam lingkungan sekolah hal ini dapat terjadi disebabkan karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang tidak mungkin dapat hidup sendiri di dunia. Terlebih lagi Sekolah Menengah Atas yang muridnya merupakan remaja yang secara psikologi kemampuan berpikir mereka sedang berkembang, memperluas pergaulan sesama siswa dan berpaling kepada teman sebaya yang lebih mengerti kondisi emosi kita. sehingga tidak menerima lagi masukan orang tua secara mentah-mentah .dan sekolah merupakan tempat kedua mereka setelah dirumah karena sebagian waktu mereka dalam sehari mereka habiskan di sekolah. jadi sangat memungkinkan sekolah menjadi sarana untuk hal tersebut.

Subkultur geng anak muda, kata kriminolog Cloward dan Ohlin, akan tumbuh subur tergantung pada tipe atau cara pertentangan di mana mereka tinggal. Ada tiga tipe geng, pertama, geng pencurian (thief gangs), mereka berkelompok melakukan pencurian yang mula-mula hanya untuk menguji keberanian anggota kelompok. Kedua, geng konflik (conflict-gangs) kelompok ini suka sekali mengekpresikan dirinya melalui perkelahian berkelompok supaya tampak gagah dan pemberani. Ketiga, geng pengasingan (retreats gangs), kelompok geng ini sengaja mengasingkan dirinya dengan kegiatan minum minuman keras, atau napza yang kerap dianggap sebagai suatu cara ”pelarian” dari alam nyata. Tetapi bisa saja sebuah geng memiliki lebih dari satu macam tipe. Dalam geng seringkali tumbuh subkultur kekerasan (subculture of violence). Munculnya subkultur itu disebabkan oleh adanya sekelompok orang yang memiliki sistem nilai yang berbeda dengan kultur dominan. Hal ini diperparah oleh adanya perubahan yang cepat (reformasi) dalam masyarakat. Perubahan pada struktur sosial memperlemah nilai-nilai tradisional yang berasosiasi dengan penundaan kepuasan, belum lagi peningkatan jumlah anak muda dari kelas menengah yang tidak lagi memiliki keyakinan bahwa cara untuk mencapai tujuan mereka adalah melalui kerja keras dan menunda kesenangan. Mereka terlibat dalam delinquent gang, hate gang, atau satanic gang (pemuja setan) yang berkembang di kalangan anak muda kelas menengah di Amerika Serikat. Di Indonesia keberadaan geng ini tidak sama dengan di AS, karena perbedaan kultur. Meskipun demikian, secara umum ada karakteristik yang sama untuk remaja di seluruh dunia. Mereka energik dan dinamis, senang mencoba hal baru yang penuh tantangan dan memiliki keingintahuan yang besar serta sangat terfokus pada diri sendiri.
C.    Penyebab Munculnya Geng Sekolah
Teori Pembentukan Kelompok yang lebih Komprehensif adalah suatu teori yang berasal dari George Homans. Teorinya berdasarkan aktifitas–aktifitas, Interaksi-interaksi dan sentimen-sentimen (perasaan atau emosi). Tiga Elemen ini satu sama lain berhubungan secara langsung. maksudnya semakin tinggi aktivitas seseorang, Interaksi seseorang maka semakin tinggi pula sentimen yang ditularkan (shared) kepada orang lain sehingga pembetukan kelompok pun semakin cepat.
Salah satu teori yang agak menyeluruh (compherensive) penjelasannya tentang pembentukan kelompok ialah teori keseimbangan (a balance theory of group formation) yang dikembangkan oleh Theodore Newcomb Teori ini menyatakan bahwa seseorang tertarik kepada yang lain adalah didasarkan atas kesamaan sikap di dalam menanggapi suatu tujuan yang relevan satu sama lain.
Sedangkan teori lain adalah didasarkan pada alasan-alasan praktis (Practicalities of group formation) contoh. seorang siswa mungkin mengelompok disebabkan karena alasan ekonomi, keamanan atau alasan- alasan sosial demikian seterusnya, alasan–alasan praktis ini membuat orang-orang dapat mengelompok dalam satu group. yang teramat penting dalam memahami pembentukan kelompok–kelompok itu cenderung memberikan kepuasan terhadap kebutuhan–kebutuhan sosial yang mendasar dari orang–orang yang mengelompok tersebut.

Teori-teori di atas merupakan beberapa gambaran mengenai pembentukan kelompok sosial dalam sebuah lingkungan khususnya lingkungan  sekolah. Jika kita hubungkan dengan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari tentang pembentukan kelompok geng pendapat itu bisa merupakan beberapa penyebab pendukung.
Namun selain hal tersebut diatas yang menjadi faktor penyebab munculnya geng pelajar di kelas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.                  Pengawasan kegiatan anak setelah kegiatan di sekolah yang masih kurang.
2.                  Kurangnya kegiatan di luar akademik yang sesuai dengan bakat dan minat remaja.
3.                  Peraturan yang kadang membuat siswa bosan dan memilih hal-hal yang menghindar dari peraturan tersebut.
4.                  Munculnya orang-orang di luar lingkungan pendidikan yang mempengaruhi dengan memberikan pengetahuan-pengetahuan negatif sehingga terbentuk geng.
5.                  Pencarian jati diri untuk menunjukkan kekuatan dan kekuasaan.

D.    Perilaku Geng
Kelompok geng pelajar khususnya yang marak di kelas akhir-akhir ini cenderung masuk ke dalam bentuk conflict gangs. Karena kejadian perkelahian hingga menimbulkan korban sering terjadi dengan bertemunya beberapa kelompok pelajar. Satu-satunya penanda keberadaan dan kolektivismenya, hanyalah logo atau inisial singkatan nama geng yang berceceran dimana-mana. pokoknya ditempat-tempat umum yang mudah dilihat orang. penyebaran ini dengan corat–coret dinding akan semakin baik bila semakin banyak dan bertujuan untuk Pertama, dikenal masyarakat, kedua merupakan simbol bahwa kekuatan (kekuasaan) mereka juga besar, ketiga sebagai kampanye menarik calon simpatisan namun biasanya pada tempat–tempat tertentu yang jelas bahwa yang jelas berada dalam kekuasaan geng tertentu, biasanya geng lain tak berani mengadal, posisi ketua akan intimidasi terhadap geng yang lebih besar.


Dalam struktur sosial geng, posisi ketua tak ubahnya raja kecil. Selain jadi panutan, pelindung, juga menjadi motor penggertak aktivitas. Maka ketua biasanya anak pilihan pemberani, cerdik, licik, disegani. Sebab kata dan tidakannya merupakan hukum dan tidakannya merupakan hukum serta undang-undang yang harus dipatuhi anak buahnya. dan biasanya kekuasaan tidak hanya berlanjut pada sisi itu saja tapi kepada hal materi baik secara periodik, maupun incidental.

Mulai dari pucuk pimpinan sampai ketua dalam lingkungan tertentu mereka pulalah yang paling banyak memperoleh manfaat nyata dari tradisi geng dilihat dari posisi pribadinya sebagai remaja, sembilan puluh persen aktivitas geng sama sekali tidak mencerminkan manfaat positif bagi pelakunya dan kegiatan–kegiatan geng dimana–mana sama yakni menjurus ke hal-hal yang bersifat destruktif. Sama sekali bukan kegiatan kepemudaan yang konstruktif.

E.     Mengurangi dan Menghilangkan Kegiatan Negatif Geng
Hal-hal negatif akibat dari adanya geng sebenarnya tidak dapat langsung dihilangkan hanya dapat dikurangi secara perlahan. Karena karakteristik remaja yang masih dalam proses pencarian jati diri jika di berikan hukuman akan berdampak buruk pada perkembangan. Pemberian hukuman atau labeling pada siswa yang telah melakuan kekerasan atau perkelahian bukan solusi yang efektif. Pasalnya selain tidak menyelesaikan persoalan yang ada, pemberian hukuman atau labeling tersebut justru bisa memicu siswa untuk melakuan tindakan serupa.

Untuk mengatasi persoalan itu selain memberikan fasilitas untuk menyalurkan bakat dan kreativitas siswa, sinergitas antara masyarakat, sekolah, dan orang tua mutlak diperlukan. Guru tidak boleh memberikan hukuman yang keras terhadap siswa yang melakuan kenakalan remaja. Sebab selain bisa menimbulkan dampak psikologis, anak yang pada awalnya ingin berubah, karena tidak diberi kesempatan justru menjadi semakin terjerumus. Persoalan itu semakin bertambah rumit karena orangtua, sekolah dan masyarakat tidak memiliki cara atau fasilitas yang mendukung, sementara remaja sekarang semakin kreatif.


BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Permasalahan geng dan perkelahian pelajar mungkin masuk dalam permasalahan yang sudah lama namuntidak seperti yang terlihat akhir-akhir ini. Sebenarnya geng jikatidak melakukan hal negatif itu sah-sah saja, akan tetapi yangada geng rata-rata tetap negatif yang ditonjolkan.
B.     Saran
Seharusnya ada pola-pola pembinaan, sehingga anak bisa menyalurkan kreativitas atau kelebihan energi yang dimiliki ke hal-hal positif. Saya optimis selama sekolah bisa mewujudkan hal tersebut terjadinya perkelahian bisa dikurangi.



  













 


DAFTAR PUSTAKA

Forum Sains. 2010. Masalah Kelompok Sosial.

Reza. 2010. Kelompok Sosial di dalam Lingkungan Sekolah.
http://rezachudhechie.blogspot.com. Diakses tanggal 25 Mei 2013.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar